Jumat, 23 Maret 2012

MENELUSURI SEJARAH PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE Seri 2

MENELUSURI SEJARAH PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE Seri 2
by Ki Purbo Sapto Sugiono on Wednesday, June 2, 2010 at 12:37pm ·

Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati “PSC”Pilangbango Beserta Sejarah Pengembangannya.

Kisah ini dimulai dengan pelaku sejarahnya adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah satu warga tua di Persaudaraan Setia Hati Winongo yang sudah menamatkan pelajaran Ilmu Setia Hati sampai 3e Trap (Tingkat-3) dari gurunya Ki Ngabehi Soerodiwirjo.

Bapak Hardjo Oetomo adalah seorang pemuda yang pemberani, yang juga tidak senang melihat rakyat menderita dibawah jajahan bangsa Belanda. Beliau seperti juga Bapak Moenandar Hardjowijoto, tidak suka Ilmu Setia Hati hanya dilatihkan ke kaum ningrat dan pangreh projo saja sebab ada rasa ketidak senangan beliau melihat orang-orang bumiputra bekerja dan mengabdi kepada penjajah Belanda.
Sikap patriotisme nya diperlihatkan dengan berpuluh puluh kali menghadang dan melempari Kereta Api yang lewat yang digunakan mengangkut perbekalan militer Belanda, terlebih lebih beliau sangat tidak senang melihat orang bumiputera menjadi masinis / kondektur kereta api Belanda.
Akibat perbuatan beliau ‘menimbulkan kerusakan dan kepanikan’ polisi polisi Belanda ataupun orang orang / pegawai Belanda yang akan naik kereta api.

Pada Th.1926 setelah dapat lolos dan menyelamatkan diri berkali kali, akhirnya Bapak Hardjo Oetomo tertangkap Polisi PID Belanda dan mendapatkan vonis hukuman selama 8 tahun penjara, dan dijalani beliau di Rumah Penjara Cipinang Jatinegara Jakarta.
Karena berkelakuan baik selama didalam tahanan, beliau tidak menjalani 8 tahun penuh tetapi dapat remisi / pengurangan masa tahanan selama 2 tahun.
Tahun 1932 Bapak Hardjo Oetomo dibebaskan dari Penjara Cipinang Jatinegara Jakarta dan pulang kedesa asalnya di Pilangbango Madiun.

Sewaktu beliau masih dalam tahanan, beliau mengangkat anak kepada seorang pemuda yang sama sama ditahan yang bernama Hardjo Mardjoet. Bersama sama beberapa pemuda, beliau dilatih pencak silat setia hati oleh Bapak Hardjo Oetomo. Salah satu pemuda yang dilatih selama dalam tahanan ada yang bernama Wongso Soedarmo yang nantinya akan menjadi kader beliau di kota Solo (Jawa Tengah).
Sewaktu Bapak Hardjo Oetomo dibebaskan dan dipulangkan ke Pilangbango Madiun, anak angkatnya pemuda Hardjo Mardjoet dibawa serta.

Ketika sampai kekota Madiun ternyata Bapak Hardjo Oetomo tidak langsung dipulang kan kerumah beliau tetapi harus menjalani pemeriksaan penelitian lagi dikantor Asisten Wedono di Jl.Jawa Madiun.
Setelah dianggap selesai barulah beliau diantar Mantri Polisi nya pulang ke Pilangbango dengan janji tidak boleh menerima tamu lebih dari 3 ( tiga ) orang.

Sebulan berada dirumah Pilang bango, datang 2 orang pemuda kakak beradik yang bertempat tinggal di Ngoro Oro Ombo Madiun. Dua pemuda tersebut adalah pemuda Soenjono dan pemuda Soewarno yang ingin sekali belajar pencak silat Setia Hati dari beliau. Tetapi karena peraturan yang baru memperbolehkan beliau menerima tamu paling banyak 3 orang, sedangkan waktu itu beliau sudah mulai melatih anak angkat beliau pemuda Hardjo Mardjut dan kemenakan beliau pemuda Soenarjo, maka yang diterima untuk ikut berlatih hanya pemuda Soenyono saja, dan kebetulan pemuda Soewarno masih melanjutkan sekolahnya di Surabaya.

Tahun 1932 itulah Ki Hadjar Hardjo Oetomo mulai melatih Pencak Silat Setia Hati dengan kader kader pertamanya pemuda Hardjo Mardjoet, Soenarjo dan Soenjono.
Tahun 1933 peraturan sudah agak melunak dimana Ki Hadjar Hardjo Oetomo sudah diperbolehkan menerima tamu 5 ( lima ) orang pada awal tahun dan akhirnya sudah diperbolehkan memerima tamu lebih dari 5 ( lima ) orang diakhir tahun.

Pada Th 1933 beliau menerima murid lagi diawal tahun seorang pemuda yang bernama Soeratno yang bertempat tinggal tidak jauh dari pilangbango.

Di Akhir Th 1933 siswa bertambah lagi 2 orang yang baru lulus dari KES di Surabaya, Dua pemuda tersebut adalah Mochamad Irsad yang merupakan kemenakan dari kakak beradik Soenjono dan Soewarno, dan pemuda yang kedua bernama Santoso.

Th.1934 pemuda Soewarno menyusul jejak kakaknya masuk persaudaraan setia hati dibawah asuhan Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Pilangbango Madiun.

Pada Th 1932 salah satu murid tertua Ki Ngabehi Soerodiwirjo memisahkan diri dari Persaudaraan SH Winongo dan di Ijinkan menjadi ‘Juru Kecer Sendiri’ dan mendirikan Persaudaraan Setia Hati Organisasi (SHO). Murid tertua tersebut adalah Bapak Moenandar Hardjowijoto dari Ngrambe Ngawi Jawa Timur.

Memandang pengalaman dari Bapak Moenandar Hadjowijoto ini, maka Bapak Hardjo Oetomo sepulang dari tempat penahanan di penjara Cipinang Jatinegara Jakarta, juga meminta ijin dan restu dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk memisahkan diri dari Persaudaraan SH Winongo dan berdiri menjadi juru kecer sendiri, dimana di Th 1935 dimulai mengesyahkan beberapa orang siswa menjadi Warga Setia Hati 1st trap (tk-1), saudara saudara tersebut adalah :

1. Bpk. Hardjo Mardjoet 4. Bpk Moch.Irsad
2. Bpk. Soenjono 5. Bpk. Soeratno
3. Bpk. Soenarjo 6. Bpk. Santoso

Selain beberapa yang sudah tamat tingkat-1 tersebut diatas, di Pilangbango masih ada beberapa saudara yang sedang giat giatnya latihan antara lain :

1. Bpk. Soemo Soedardjo 4. Bpk. Soemodiran 7. Bpk.Hardjo giring
2. Bpk. Soetomo 5. Bpk. Hardjo Sajono
3. Bpk. Soewarno 6. Bpk. Danoe

Pada Th.1934 Para murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo berkeinginan mengikuti Kejuaraan Pencak Silat yang diadakan dalam Pasar Malam Madiun yang selalu diadakan setiap tahun dengan hadiah uang tunai 22,5 Gulden Belanda dan Medali Emas, sambil cari pengalaman dan saudara.
Yang dijadikan jagonya adalah siswa Ki Hadjar yang baru berlatih pencak silat SH jurus ke 20 di tempat latihan beliau, namanya pemuda Soewarno. Hasilnya sungguh sangat menakjubkan pemuda R.Soewarno ( Hassan Djojoadisoewarno ) ini berhasil mendapatkan medali emas dan uang tunai 22,5 gulden Belanda.
Hasil Juara 1 ini di ulang ulang R.Soewarno selama 6 (enam) kali berturut turut di berbagai kota dan pasar malam Madiun dan diakhiri dengan mengikuti Kongrus Pencak Silat di Kota Semarang dengan hasil Juara Jawa, sebagai hasil juara yang ke-7 kalinya.
Pada Th.1935 Ki Hadjar Hardjo Oetomo berembug dengan para warga untuk membentuk suatu Organisasi Persaudaraan yang akhirnya aklamasi disepakati dengan nama: Setia Hati ‘PSC’ Pilangbango, merupakan singkatan dari ‘Politik Sport Club’, sesuai dengan Jiwa Patriotisme dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo beserta para warganya yang ‘Anti Penjajahan Belanda’.

Tidak berapa lama kemudian, nama Persaudaraan SH Politik Sport Club Pilangbango mulai dikenal dimana mana oleh masyarakat, tetapi karena nama persaudaraan yang ada kata ‘politik’ yang ada didalam Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango sangat menakutkan bagi pemerintah penjajahan, oleh karena itu beliau dipanggil dan di-interograsi oleh Polisi Belanda PID yang mengurusi masalah politik.

Hasilnya Persaudaraan boleh tetap berlangsung tetapi harus mau merubah kata singkatan PSC dari Politik menjadi sebuah nama yang tidak mengandung maksud melawan pemerintah penjajahan kala itu.
Akhirnya diputuskan bersama para warga persaudaraan nama dirubah menjadi Setia Hati ‘Pencak Sport Club’ Pilangbango.

Namun kenyataannya lain setelah para warga mulai berlatih Pencak Silat dengan nama SH ‘Pencak Sport Club’ ditempat latihan-I didesa Oro Oro Ombo dirumah Bpk.Soenyono dan Bpk.Soewarno digrebeg Mantri Polisi Madiun yang kebetulan warga SH Winongo yang bernama R.Seno beserta anak buahnya.
Dalam pembicaraannya dikatakan bahwa Pemerintah Penjajahan menuduh bahwa SH Pencak Sport Club itu bukan melatih sport saja tapi juga berkumpul kumpul untuk membicarakan soal politik. Jadi kalau tidak mau dibubarkan harus berubah nama lagi.
Kejadian itu juga terjadi ditempat latihan-II di Pilangbango, dimana punggawa punggawa polisi menjungkir balikkan isi rumah dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo sebagai penanggung jawab ditangkap kembali PID Belanda untuk di interograsi.

Akhir Th.1935, Akhirnya pada diadakan Rapat Kepengurusan Yang Pertama untuk mengubah lagi nama persaudaraan dan diputuskan dengan nama Setia Hati ‘Pemuda Sport Club’ Pilangbango dengan Susunan Kepengurusan Yang disepakati Th 1935 Sebagai berikut :

Hoofd Bestuur : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Secretaris : Bpk. Santoso Kartoatmodjo
Pening Mester : Bpk. Soetomo Mangkoedjojo
Comissaris - I : Bpk. Soenarjo
Comissaris - II : Bpk. Danoe
Comissaris - III : Bpk. R.Soenjono (Njono Wardojo)
Leider Schaap (Dewan Pelatih )
Hoofd Leider : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Leider : Bpk. Hardjo Mardjoet
Bpk. Moch. Irsad
Bpk. Soenarjo
Bpk. R.Soenjono
Tahun 1936 sudah banyak saudara saudara yang disyahkan jadi warga tingkat-1 Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango, dan tempat latihan pencak silat makin tersebar dibanyak tempat, sehingga dibentuklah beberapa cabang dari persaudaraan :

1. Di Jl.Ponorogo Madiun dipimpin : Bpk. Soemo Soedirdjo
2. Di Ponorogo dipimpin : Bpk. Soetomo Mangkoedjojo
3. Di Oro Oro Ombo dipimpin : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno
4. Di Kepatihan Madiun dipimpin : Bpk. Hardjo Sajono
5. Di Taman Siswo Madiun dipimpin : Bpk. Soenarjo & Bpk. Soekotjo
6. Di Klegen Madiun dipimpin : Bpk. Soemo Diran
7. Di Pengangangan Madiun dipimpin : Bpk. Hardjo Mardjoet
8. Di Saradan dipimpin : Bpk. Mochamad Irsad
9. Di Moehamadiyah Madiun dipimpin : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno
10. Di Solo dipimpin : Bpk. Djendro Dharsono.

Tahun 1937 Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango makin bertambah besar dengan cabang cabang nya yang makin banyak, sehingga di Tahun 1937 diadakan Konggres Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango Pusat Yang Pertama yang menghasilkan keputusan sebagai berikut :
Hoofd Bestuur : Ki Hadjar Hardjo Oetomo (tetap)
Secretaris : Bpk. Soemo Soedardjo (karena Bpk. Santoso Karto Atmodjo sudah terlalu sibuk di Leider).
Pening Master : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno (Bpk Soetomo digantikan karena pindah rumah luar kota).
Comissaris – I : Bpk. Soenarjo (merangkap jabatan Bpk.Soenjono yang sering sakit)
Comissaris – II : Bpk. Danoe
Tahun 1938 s/d 1940 Susunan Kepengurusan Pusat Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango tetap sama dengan Th.1937.

Leider Schaap (Dewan Pelatih ) Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango Pusat dipegang oleh Warga yang telah di syahkan 3e Trap ( tingkat-3 ) :

Hoofd Leider : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Leider : 1. Bpk. Soemo Soedardjo
2. Bpk. Moch. Irsad
3. Bpk. Njono Wardojo
4. Bpk. Hardjo Giring
5. Bpk. Hassan Djojoadisoewarno
6. Bpk. Hardjo Mardjoed
7. Bpk. Soetomo Mangkoedjojo
8. Bpk. Santoso Kartoatmodjo
9. Bpk. Danoe
10. Bpk. Soenarjo.
Cabang dari Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango makin banyak tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah meluas sampai di :

Ponorogo dipimpin oleh Bpk. Hassan Djojoadisoewarno karena menggantikan Bpk. Soetomo Mangkoedjojo yang pindah ke Jombang.

Solo dipimpin oleh Bpk. Moertadji Widjaja dan Bpk. Padmo Siswojo karena menggantikan Bpk. Djendro Dharsono yang pindah ke Surabaya.

Pati dipimpin oleh Bpk. Soemo Soedardjo yang kemudian diganti Bpk. Saljo Harso Oetomo karena kepindahan beliau ke Porong.

Saradan dipimpin oleh Bpk.Mochamad Irsad.

Magetan & Maospati dipimpin Bpk. Hardjo Madjoed.dan Bp.Hardjogiring.

Pada Tahun 1940 dikarenakan Ki Hadjar Hardjo Oetomo sering sakit sakitan, maka tugas sebagai Hoofd Leider ( Ketua Tehnik ) Pusat diserahkan secara aklamasi kepada Bpk. Soemo Soedardjo. Jabatan ini sempat dipegang beliau selama setahun sampai beliau pindah rumah ke Porong Malang.

Mulai Th.1941 Jabatan Hoofd Leider ditunjuk menggantikannya adalah Bpk. Hassan Djojoadi soewarno.

Tahun 1942 ~ Th.1943 Kegiatan Persaudaraan terhenti karena pecah perang Asia Timur Raya (Perang Dunia ke-II ).
Tanah Jawa ganti dijajah oleh Jepang, yang kenyataannya rakyat makin menderita dan makin bertambah sengsara dan miskin karena sikap penjajah Jepang yang semena- mena.

Th.1943 semua pemimpin perguruan pencak silat yang ada dikota Madiun dipanggil oleh penguasa Jepang dan diajak membentuk ‘Persatuan Perkumpulan Pencak Silat’ yang ada dikota Madiun yang dikenal dengan nama ‘SHI THAI KU KAI’, dimana secara aklamasi Bpk.Soewarno (Hasan Djoyoadhi Soewarno) dari Setia Hati PSC Pilangbango dijadikan pimpinannya.
Anggota Perkumpulan Pencak Silat yang tergabung dalam SHI THAI KU SHAI adalah :
1. Setia Hati Winongo dipimpin Bpk. R.Moestomo
2. Setia Hati PSC Pilangbango dipimpin Bpk. Hassan Djojoadisoewarno
3. Tuhu Tekat dipimpin Bpk. Soebeni
4. Budhining Tarung dipimpin Bpk. Djasmin
5. Pas Andalas dipimpin Bpk. Iljas
6. Pecut Jakarta dipimpin Bpk. Diran
7. Sadewa dipimpin Bpk. Pandji Soerjo N.
8. Soemarah dipimpin Bpk. Moesiri
9. Cimande dipimpin Bpk. Wirjak
Warga Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango sudah sedemikian banyaknya tersebar dibeberapa tempat.
Th.1945 sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia dikarenakan tugas yang diemban Bpk.Hassan Djojoadisoewarno di Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia sering berpindah pindah tempat dan harus meninggalkan kota Madiun, maka jabatan Hoofd Leider (Ketua Tehnik) Pusat Setia Hati PSC Pilangbango diserah terimakan dari Bpk. Hasan Djoyoadhi Soewarno kepada Bpk. Hardjo Mardjoet.

Mulai Th.1947 Karena kesehatan Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang makin menurun dan usia sudah semakin lanjut maka secara total ‘segala urusan ‘ Organisasi Setia Hati PSC diserahkan kepada Para Kadernya yang merupakan Pengurus Inti Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango.

Dengan sudah tidak aktifnya Ki Hadjar Hardjo Oetomo memang dirasakan sekali kurang ‘gregetnya’ Organisasi Persaudaraan, terlebih lagi banyak pengurus pusatnya yang terpaksa meninggalkan kota Madiun karena tuntutan pekerjaan, antara lain:
Bpk. Mochamad Irsad yang pindah kekota Semarang, Bpk. Soemo Soedardjo yang pindah ke Porong Malang, Bpk. Nyono Wardoyo yang berpindah ke Solo dan Bpk. Hassan Djoyoadhisoewarno yang menjadi TNI berpindah pindah tempat.

Memang kekurang aktif-an kepengurusan terjadi, tapi para pengurusnya tetap menjalankan tugasnya sebagai penerus ajaran setia hati dengan masing masing individu masih melatih generasi muda ditempat kediaman para warga masing masing, dan tetap mencetak kader kader penerus Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango.

1 komentar:

  1. tolong mas dikoresi sejarahnya.
    Sebagai organisasi berdiri pada tanggal 22 Mei 1932 di Semarang, Jawa Tengah, dengan nama Setia Hati yang merupakan perwujudan ikrar bersama sejumlah khadang SH dari Semarang, Magelang, Solo, Yogyakarta dan lain-lain, atas prakarsa saudara tua SHMunandar Harjowiyoto dari Ngambe, Ngawi,Jawa... Timur. Karena terdiri dari sejumlah kadhang SH, maka disebut dengan nama SetiaHati Organisasi (SHO), yaitu orang-orangSHyang berorganisasi. Hadir pada waktu itu 50 saudara SH dan utusan-utusan, antara lainSuwignyo, Sukandar, Sumitro, Kasah,Karsiman, Suripno, Sutardi, Hartadi, SayutiMelok (R Sudarso Wirokusumo, 1979 :Stensilan). Karena Ki Ngabei Surodiwiryo tidak dapat hadir dalam undangan tersebut, maka dipilihlah Munandar Harjowiyoto sebagai ketua Mental Spiritual ke-SH-an, tetapi jalan sejarah menjadi lain, ia terpaksa meninggalkan Semarang (kedudukan Pengurus Besar SHO di tahun 1933) untuk merawat ibunya yang sudah tua dan baru ditinggal wafat suami.Persaudaraan Setia Hati (SHO) didirikan padawaktu benih kebangsaan (nasionalisme Indonesia) mulai tersebar luas dan diresapi oleh rakyat Indonesia, meskipun tidak disenangi oleh kolonialis Belanda. Kegiatan partai-partai yang mencita-citakankemerdekaan sangat dibatasi bahkandilarang.
    bpk moenandar tidak pernah belajar di SH Winongo, SH Winongo didirikan oleh mas warno.
    bpk moenandar belajar di SH yang sekarang lebih dikenal SH Panti.
    jadi SH Winongo bukan SH milik eyang suro melainkan pecahan dari SH itu sendiri.
    info lebih lanjut hub pengurus SH Panti di madiun.

    BalasHapus

Silahkan Anda memberi komentar dengan menggunakan gambar-gambar diatas, dengan cara copy paste saja karakter di sampingnya dan selanjutnya menuliskan komentar. Komentar boleh memuji, mencela atau kedua-duanya asal tidak SARA.

Jika ingin komentar anda tidak dipublikasi, silahkan klik disini

Masih kesulitan juga membuat komentar? silahkan klik disini